Mediasindonews.com I Kuantan Singingi - Bulu Tangkis Indonesia pernah mengalami masa kejayaannya pada 1970 s.d. 1980-an. Di tunggal putra siapa yang tidak mengenal Rudi Hartono, Liem Swe King, Cristian Hadinata, Icuk Sugiarto, dan lainnya.
Sebelum Kuantan Singingi dimekarkan jadi kabupaten, ada nama Sabaruddin. Lahir pada 9 November 1954 di Desa Muaro Sentajo, Kecamatan Sentajo Raya, Kuantan Singingi, Riau
Anak tunggal pasangan Abdullah dan Oha yang akrab disapa Sabar ini adalah pemain bulu tangkis yang legend pada eranya.
Tak terhitung berapa banyak penghargaan yang diraih Sabar di dunia bulutangkis yang melambungkan namanya. Baik sebagai pemain tunggal maupun ganda.
Sebagai pemain ganda, duet maut Sabar adalah seniornya Alwis Madir dan Syahrial yang juga abang angkatnya.
Masa kejayaan Sabar di dunia bulu tangkis adalah era 1970 s.d 1980-an. Hampir seluruh lapangan Gelanggang Olah Raga (GOR) di Kuantan Singingi dan Indragiri Hulu menjadi bukti kedigdayaannya dalam dunia olahraga ini.
Di GOR Tribuana Pekanbaru, Sabar pernah melakukan eksebisi dengan pemain Timnas Icuk Sugiarto. Meskipun kalah dengan skor 1-2, namun dia sempat merepotkan juara piala dunia tahun 1983 Itu.
Sepulang dari pertandingan penuh sejarah itu Sabar dijuluki “Icuk Sugiarto” dari Kuantan Singingi. Dan julukan itu melekat sampai akhir hayatnya.
Disebut demikian karena Sabar dan Icuk Sugiarto sama berkulit sawo matang. Dan, sama-sama pemain kebanggaan, kendati level mereka berbeda. Icuk Sugiarto di level dunia. Sabar di level daerah (Kabupaten Indragiri Hulu dan Kuantan Singingi).
Apresiasi dari Icuk
SEBAGAI bentuk apresiasi, Icuk Sugiarto pernah memberikan baju kaus dan raket kepada Sabar. Sayang raket merek Yonex itu sudah di-museum-kan seiring makin tenggelamnya prestasi atlet bulu tangkis di Kuantan Singingi.
“Raket itu sempat dipinjam pakaikan oleh atlet bulu tangkis semasa Sabar, termasuk saya yuniornya,” kenang Maas Lubis yang akrab disapa Mister Lubis.
Lubis mengaku ikut menjadi saksi sejarah bagaimana Sabar merepotkan Icuk Sugiarto di GOR Tribuana, Pekanbaru tahun 1985.
Pada set pertama Sabar memimpin dengan skor 15-13. Pada skor kedua dan ketiga Sabar kalah tipis dengan skor 13-15 dan 14-15.
Betapa riuh rendahnya sorak sorai sporter kedua belah pihak kala itu. Icuk yang lebih berpengalaman berhasil menumbangkan Sabar yang melakukan perlawanan sampai tetesan keringat dan titik darah penghabisan. Betul-betul heboh dan menegangkan.
“Tidak ada yang menyangka anak daerah mampu melakukan perlawanan kepada pemain kawakan sekelas Icuk Sugiarto,” puji Mister Lubis.
Dan, kecintaan Sabar pada dunia olahraga menurun kepada dua anak lelakinya: Amri Jaya dan Airlangga. Sementara dua anak perempuannya: Meri Asra dan Yanti kini tunak di profesinya sebagai pendidik (guru).
Perjalanan Karier
PERJALANAN karier Sabar sebagai abdi negara juga cukup panjang. Setamat PGA Negeri 4 Tahun Sentajo 1960-an, Sabar jadi Pegawai Tata Usaha di SMEA (kini SMK 1) Negeri Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Kemudian ketika SK sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Islam Sentajo keluar, ia mundur sebagai Pegawai TU SMEA Rengat.
Sabar pulang kampung ke Sentajo. Ia jadi guru dan pensiun di Madrasah Ibtidaiyah yang dikelola Yayasan Nurul Islam Sentajo itu.
Suami dari Simur asal Pulau Komang Sentajo meninggal dunia pada 25 Januari 2021. Dia memang telah tiada. Tapi masyarakat Kuantan Singingi mengenalnya sebagai pemuda yang aktif di dunia olahraga, khusus bulu tangkis pada eranya.
Selamat jalan Pahlawanku…
Komentar Anda :